Monday, October 17, 2016

Munafik

Aku merasa jadi orang paling munafik belakangan ini. Sungguh memalukan. Aku sangat malu dengan diriku sendiri. Khotbah di Gereja kemaren membuat aku benar-benar merasa tertampar. Bagaimana tidak? Selama ini aku sangat membenci golongan gank senggol bacok itu, aku merasa mereka orang paling munafik di dunia ini, menuding nuding orang lain lebih tidak bermoral dibanding mereka. Padahal apa yang mereka lakukan tidak lebih baik daripada orang-orang dan golongan yang mereka tuding-tuding tersebut. Sungguh menjijikkan. Begitu aku berpikir tentang mereka dan aku tidak sadar bahwa ternyata aku juga sama seperti mereka meski dalam kasus yang berbeda.

Kejadian yang begitu menggemparkan belakangan ini membuat aku berpikir aku lebih baik dari orang itu, aku merasa berhak menilai akhlak orang itu. Menurutku orang itu memiliki moral yang kurang baik dengan segala latar belakang yang aku ketahui tentang dia. Dua hari aku membicarakannya, aku merasa dia tidak pantas mendapatkan apa yang dia dapatkan sekarang. Aku menilai dia lebih rendah. Seharusnya bukan dia. Aku ga bisa menerima fakta dan kenyataan itu. Aku gak rela. Sangat gak rela. Tapi apa dayaku? Andaikan dia hanya seonggok makanan aku akan dengan lantang berteriak : "Jangan makan yang itu, jangan pilih makanan itu, pilih yang lain aja, itu gak sehat." Tapi ini bukan soal makanan. Aku bisa berbuat apa? Aku ga berhak berkomentar apapun tentang itu. Dua hari lamanya aku berkutat tentang itu, dua hari lamanya aku merasa paling benar, dua hari lamanya aku menghakimi seseorang. Hingga kemaren aku pergi ke gereja dan sangat tertampar dengan khotbah dari pak pendeta itu Ya Tuhan ampuni aku.

Aku sangat tidak fokus di gereja. Aku lupa bacaan apa yang dibaca kemaren. Aku ga ingat sama sekali. Aku hanya ingat ada 7 poin penting dari khotbah yang mungkin bagi sebagian orang sangat membosankan dan tidak menarik itu. Aku tidak ingat semua poinnya. Aku hanya ingat poin kedua saja, karena setelah itu aku mulai tidak fokus lagi karena menyesali semua perbuatanku. Tuhan menamparku dan mengingatkan aku betapa munafiknya diriku. Aku membenci gank senggol bacok yang hobinya menuding-nuding orang yang tidak sepaham dengan mereka dan mereka merasa paling berhak menentukan akhlak orang lain hingga serasa menempatkan diri di posisi Tuhan yang berhak menghakimi siapapun. Daaaaaannn aku seperti mereka sekarang. Iya aku. Aku menjadi sama munafiknya dengan gank senggol bacok itu. Siapa aku ini, hingga merasa berhak menilai orang itu lebih buruk dari aku hanya karena masa lalunya yang kelam? Tuhan bisa membuat orang-orang yang tadinya tidak layak menjadi sangat layak bahkan namanya tercatat dalam Alkitab. Hal itu terlihat jelas dari silsilah Tuhan Yesus yang ternyata aku baru tau bahwa Yesus berada dalam garis keturunan orang-orang yang tadinya dianggap tidak layak, orang-orang yang tadinya sangat hina, namun ketika mereka bertobat Tuhan melayakkan mereka.

Harusnya aku bisa berpikir lebih posiif, meski selentingan-selentingan yang aku dengar tidak mendukung aku untuk berpikir positif. Harusnya aku mendukung ketika ada orang yang mau mulai berubah menjadi lebih baik. Bukannya underestimate terhadapnya. Semua orang bisa punya kesalahan termasuk aku. Aku tidak lebih baik kok dari dia. Tapi jujur aku masih belum siap jika itu harus terjadi dengan orang-orang terdekatku. Aku akui kedewasaanku belum sampai segitu. Aku cuma baru bisa memahami dan menerima kenyataan yang terjadi dalam kasus ini saja. Cukuplah Tuhan menegurku dan menamparku lewat khotbah pak pendeta tadi malam, aku belum siap Tuhan jika itu terjadi dengan orang-orang yang kucintai.